2023 MASIH MALAS BACA BUKU? FIXED BUKAN GOLONGAN KAMI

“Membaca”, salah satu kata kerja yang penting untuk terus dipropagandakan kepada seluruh masyarakat Indonesia terutama pelajar dan mahasiswa. Bagaimana tidak, berdasarkan data yang dirilis oleh United Nations Educational, Scientific, and Cultural Organization (UNESCO) menyatakan bahwasanya minat membaca buku di Indonesia masih sangatlah rendah dengan jumlah persentase hanya 25,8% dari seluruh penduduk yang dimiliki Indonesia. Artinya, hanya seperempat dari jumlah penduduk Indonesia yang mempunyai minat baca yang cukup progesif.

Sementara itu, fakta kedua berdasarkan data yang dikeluarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Indonesia diketahui bahwa aktivitas membaca masyarakat tergolong rendah dan mengkhawatirkan. Hal tersebut dapat dilihat dari aktivitas pembelian atau peminjaman buku dari perpustakaan per-tahunnya yang hanya berkisar pada rentan 24,7%. Tentu saja ini menjadi warning terutama bagi para kaum pelajar yang sejatinya penting untuk terus bercengkrama dengan sumber-sumber pengetahuan.

Hal yang mesti diketahui bersama tentang aktivitas membaca ini adalah hal tersebut merupakan salah satu investasi krusial bagi sebuah bangsa. Hasilnya memang tidak dapat dilihat secara eksponensial seperti capital market di bursa saham, tetapi secara riilnya dapat dilihat dari perilaku-perilaku masyarakatnya baik di dunia nyata maupun maya.

Cetak tebal tentunya bagi perilaku di dunia maya atau internet. We Are Social, salah satu lembaga riset dan penelitian sosial dari Amerika mengungkapkan bahwa rata-rata orang Indonesia menatap layar handphonenya selama 9 jam perhari, Crazyy. Hal ini tentunya menjadi suatu hal yang mesti diperhatikan oleh para pengguna gawai Indonesia. Dengan tingkat rata-rata yang sangat tinggi tersebut perlu rasanya edukasi konten yang baik dan bermanfaat sehingga isi dari apa yang disajikan di dunia maya tidak hanya sekedar gerombolan update story yang membabi buta.

Lantas apa sebenernya tujuan dari terus dipromosikannya masyarakat agar terbiasa untuk membaca

  1. Memperkuat konektivitas otak yang sangat penting sebagai pisau analisis terhadap realitas yang dihadapi setiap harinya. Sehingga masyarakat akan terbiasa kritis dengan sumber referensi yang tidak hanya sekedar opini narsis.
  2. Meminimalisir gagalnya bangsa di masa depan. Ini penting disadari bahwa kontinuitas sebuah bangsa yang utama adalah dilandasi oleh ilmu pengetahuan yang dimiliki dan dikuasai oleh generasinya itu sendiri. Maka jangan harap tahun 2045 Indonesia akan menjadi sebuah negara digdaya dan cemerlang jika generasinya masih tidak acuh dengan ilmu pengetahuan.
  3. Menguatkan kompetensi bahasa. Tidak bisa dipungkiri penguasaan bahasa Internasional (Inggris) menjadi sangat krusial saat ini. Konektivitas global sudah harus menjadi orientasi untuk tetap mapan terhadap perkembangan masa depan. Sebab, Indonesia saat ini masih belum sempurna untuk menjadi negara rujukan perkembangan. Sehingga penting untuk terus meninjau dan mengikuti perkembangan yang terjadi di luar sana dan bahasalah yang menjadi kunci pentingnya.

 

“Terpujilah mereka yang gigih sebarkan bahan bacaan, kepada mereka yang haus ilmu pengetahuan. Merekalah yang menyodorkan jendela dunia agar anak-anak bangsa dapat berpikir seluas cakrawala”

– Najwa Shihab – Duta Baca Indonesia

 

Share It

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Artikel Terkait