Selamat datang kepada mahasiswa dan mahasiswi baru yang dinyatakan lolos dalam Ujian Masuk Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Negeri 2023, terkhusus mahasiswa yang mengambil program studi di Fakultas Ushuluddin. Kami ucapkan “welcome to home”, karena telah menjadi bagian dari keluarga baru Ushuluddin.
Tak bisa ditampik faktanya kampus tercinta kita UIN SGD BDG berada di bawah kampus pamor di Kota Bandung, seperti ITB, Unpad atau bahkan UPI. Namun, masalah kualitas ilmu pengetahuan tidak bisa diremehkan karena kampus kita tidak kalah dari kampus-kampus negeri di Kota Bandung lainnya perihal ilmu pengetahuan. Dengan tetap menjunjung konsep wahyu memandu ilmu, insyaallah kita akan mendapatkan ilmu yang bermanfaat bagi dunia dan akhirat, aamiin.
Selain itu, kita masih dapat menyombongkan diri kepada teman kita dengan embel-embel bahwa UIN SGD BDG merupakan kampus Islam negeri terbaik se-Indonesia. Akan tetapi, tanggung jawab moril kita begitu berat di hadapan masyarakat, saat mereka tahu kita kuliah di UIN. Sebab, terkadang orang berpikir mahasiswa yang kuliah di UIN pasti orang yang mengamalkan syariat Islam dan rata-rata orang shaleh and shalehah isinya, padahal ngga semua shaleh and shalehah woi!!!
Ada juga yang mengatakan bahwa UIN SGD BDG dianggap kampus sarangnya pemikir liberal. Apalagi jika berbicara jurusan-jurusan yang ada di Fakultas Ushuluddin, yang banyak orang mengatakan bahwa kita mempelajari ilmu tentang pokok-pokok agama dengan menggunakan cara liberal dan radikal, sehingga kita sebagai mahasiswa Ushuluddin sering diasumsikan oleh orang-orang yang notabene berada di luar jurusan Ushuluddin sebagai mahasiswa yang gemar diskusi, kental literasi, dan paling susah di Islamisasi (sebab, kita sudah Islam ngapain juga di Islamisasi). Maka dari itu, tak sedikit dari mahasiswa Ushuluddin lebih memilih untuk belajar kajian ilmiah tokoh-tokoh liberal kontemporer, ketimbang mengislamisasi diri. huehuehue.
Ohh iya, lagian tidak ada salahnya kok kita mempelajari kajian tokoh liberal, toh nanti juga kita selaku anak Ushuluddin bakal tidak asing sama tokoh Islam liberal, semisal Fazlur Rahman, Mohamed Arkoun, Mohammed Abid Al-Jabiri, Abdullahi Ahmed An-Naim, Nurcholish Madjid atau tokoh Islam progresif lainnya. Dan mau ngingetin kepada Mahasiswa Ushuluddin jangan sampai kita ada perasaan phobia terhadap pemikir liberal. Toh kampus tuh menjunjung keterbukaan berpikir kitu tah, makannya ini juga yang ngebedain mahasiswa dengan siswa.
Jadi bagi mahasiswa baru, terkhusus Mahasiswa baru Fakultas Ushuluddin silahkan bawa semua pemikiranmu dari yang paling kiri sampai yang paling konservatif sehingga nanti kita akan meramaikan diskursus dialektik dilingkungan kampus tercinta kita ini yang selalu terbuka kepada pemikiran apapun. Dan ingat juga bahwa semua pemikiran itu hanya dapat dipatahkan oleh argumentasi yang rasional dan ilmiah, bukan argumentasi kebencian yah. Toh kalo kita pinjam istilahnya Rocky Gerung mah gini cenah “pelanggaran dalam kampus itu hanya satu, yakni plagiarisasi, bukan yang lain”. Jadi jika kalian takut pada adagium halal atau haram karena dogma yang membatasi pemikiran liberalisme, banyak-banyak main saja ke Majelis Taklim jangan di kampus. Huehuehue.
Lagian nih yah, kalo semisal kita justru punya perasaan takut sama yang namanya kebebasan berpikir, mau di bawa kemana Islam di masa yang akan datang? Mau gini-gini aja dengan menutup diri sama perkembangan zaman yang nantinya malah kita makin kalut? Hidup saja sonoh di goa, kalo gamau yang liberal-liberal. huehuehue.
Jadi bagi mahasiswa Ushuluddin mempertahankan nilai eksotik Islam itu paling gabisa dan kalo bisa sih dilarang, karena biasanya kita mengambil jalan lain menjadi mahasiswa eksentrik terhadap pemikiran Islam. Makannya, tidak heran kalo style dan budaya nyentrikkk sudah melekat dalam diri mahasiswa Fakultas Ushuluddin. Ga percaya? Tanya deh ke Mahasiswa UIN SGD BDG siapa yang paling nyentrikkk dalam hal style, budaya, dan pemikiran. Pasti pada jawab “unyuludin”.
Jadi bagi Mahasiswa Ushuluddin tidak menjadi sebuah permasalahan jika dianggap sebagai fakultas sarangnya liberalisme. Bahkan fakultas Ushuluddin juga menjadi sarangnya anak-anak Marxisme, Sosialisme, Anarkisme atau bahkan sarangnya anak-anak Islam Progresivisme. Karena bagi kami, Mahasiswa yang masih phobia liberalisme itu Mahasiswa yang kurang membaca atau mungkin mereka takut pada sebuah dogma, padahalkan yang berhak ditakuti seharusnya Allah saja.
Oleh karena itu, jika kalian mahasiswa baru yang masuk fakultas Ushuluddin berhentilah untuk takut pada apapun selain Allah. Maka, hanya pada seuntai kata aamiin saja kita berpasrah diri terhadap orang-orang yang mengucapkan bahwa Ushuluddin sarang liberalisme. Karena sebuah pepatah mengatakan bahwa ucapan adalah doa, barangkali ucapan yang mahasiswa lain utarakan pada kita selaku mahasiswa Ushuluddin menjadi motivasi agar kita dapat melahirkan wajah-wajah Ibnu Sina baru, Al Ghazali baru, hingga pada Ibnu Rusyd baru dengan pemikiran segar yang nantinya dapat kita sumbangkan pada tradisi ilmu pengetahuan modern. Terakhir, marilah kita tanam prinsip jayalah terus S. Ag sebuah gelar yang nantinya dapat bermanfaat bagi banyak orang. Aamiin.