Sebagian besar dari kita tentu sudah paham betul dengan istilah overthinking, terutama kita yang sedang berada di fase remaja menuju dewasa. Tapi, sebenernya apa sih makna overthinking?
Jika dilihat dari asal katanya, overthinking terbentuk atas 2 suku kata, yakni “over” yang artinya berlebihan dan “thinking” artinya berfikir. Jadi bisa disimpulkan bahwa, overthinking adalah perilaku berfikir secara berlebihan sebagai suatu reaksi seseorang yang lahir dari berbagai kejadian atau peristiwa. Overthinking tidak selalu mempersoalkan masalah-masalah besar dan serius, melainkan hal-hal kecil pun bisa memicu adanya overthinking. Tentu saja, overthinking ini lahir dari berbagai faktor, diantaranya: terlalu mencemaskan hal-hal yang belum tentu terjadi; selalu membandingkan diri dengan orang lain; pesimis; terlalu perfeksionis; dan terlalu tertutup.
Overthinking memang bukanlah penyakit menular, tetapi jika dibiarkan, ia akan menimbulkan penyakit-penyakit lain baik disadari ataupun tidak. Dengan demikian, perlu adanya penanggulangan sebagai upaya meminimalisir sikap overthinking khususnya pada remaja dan mahasiswa. Bagi kaum stoikisme, dikotomi kendali menjadi jalan efektif yang dapat ditempuh untuk meminimalisir overthinking pada remaja. (Buat yang belum tahu “stoikisme”, ini adalah salah satu aliran filsafat yang fokus kajiannya mengenai konsep kebahagiaan hidup, aliran ini lebih sering dikenal dengan filosofi teras).
Back to topic, sebenernya apa sih “dikotomi kendali” itu?
Dikutip dari sebuah buku berjudul “Filosofi Teras” karya Henry Manampiring, dikotomi kendali merupakan sebuah konsep dalam hidup dimana terdapat hal-hal yang berada di bawah kendali diri sendiri, dan terdapat pula hal-hal yang berada di luar kendali diri sendiri. Para filsuf stoic menyepakati bahwa untuk mendapatkan kebahagiaan hidup dan meminimalisir perilaku overthinking, maka seseorang hanya perlu fokus pada hal-hal yang berada di bawah kendali dirinya sendiri, seperti: pertimbangan, opini, dan persepsi diri sendiri; keinginan dan tujuan diri sendiri; serta segala sesuatu yang merupakan bagian dari fikiran dan tindakan diri kita sendiri. Sedangkan opini dan tindakan orang lain; reputasi, kesehatan, dan kekayaan; karir; dan lain-lain merupakan hal-hal yang berada di luar jangkauan diri manusia itu sendiri. Sehingga seseorang harus mampu mengontrol fikirannya terhadap hal-hal yang berada di luar kendali diri, agar perilaku overthinking dapat diminimalisir.